Psantren Bukan Pengamen

"Mak ada tamu !!!", kata seorang bocah kepada ibunya
"siapa, nak ?", tanya sang ibu dengan heran
"nggak tahu tuh ada orang bawa map, pake peci lusuh, kemeja lusuh lagi nunggu di pintu", jawab sang anak
“ Tolong ditanya dong mau apa, ibu lagi nyuci pakaian, tanggung...!!”, ucap sang ibu
“nggak mau ah.., aku mau pergi bermain” jawab sang anak sambil berlari ke luar rumah menuju teman-temannya yang sudah menunggu di luar.
“uuh.... lagi naggung gini ada tamu, siapa sih...?.” sang ibu menggerutu, tapi tetap keluar kamar mandi menuju pintu depan. Ternyata apa yang tadi dikatakan anaknya memang benar, seorang bapak dengan kemeja panjang warna biru yang agak lusuh dengan sebuah map ditangan kirinya, peci hitam kemerah-merahan karna dimakan waktu.
“Assalamu’alaikum...” sapa pak tua
“Wa’alaikumussalam..., Bapak cari siapa ?” ujar sang ibu, se telah si bapak tadi dipersilahkan masuk dan duduk di ruang tamu.
“begini, kami di pesantren sedang membangun asrama putra, barangkali ibu mau menitipkan sebagian hartanya untuk bekal kita di akhirat.”
“oooohh....”, gumam sang ibu dengan nada agak kesal, "kirain ada apa, kalo cuma yang mau minta sumbangan suruh si Ade aja tadi ngasihnya, ngak usah ninggalin cucian segala," gerutu sang Ibu didalam hati sambil masuk kamar dan kembali dengan membawa uang sepuluh ribuan dua lembar.
"maaf ya Pak!, cuma ini yang dapat saya berikan saat ini soalnya suami saya belum gajian", ujar sang ibu sambil menyodorkan uang kepada si Bapak tadi.
"Jazakumulloohu khoiron katsiron, terima kasih banyak, Bu !, semoga apa yang yang Ibu berikan menjadi amal shaleh dengan pahala yang berlipat ganda dunia akhirat, semoga Ibu sekeluarga diberi kesehatan, murah rejeki, jauh dari malapetaka, amiin, baiklah saya permisi dulu ya Bu, assalamu'alaikum....", ungkap si bapak.
Itulah sekelumitfenomena yang masih sering dijumpai dimasyarakat, salahkah hal seperti itu ?, tentu jawabannya tidak salah, seharusnya kita lebih jauh berfikir bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sangat besar peranannya dalam upaya pembinaan umat. Namun kurangnnya perhatian dari "pemerintah" maka banyak pesantren yang cukup keropotan mendanai operasional pesantren apalagi biaya pembangunan. Oleh sebab itu apalah daya, uluran tangan para dermawanlah yang masih bisa diharapkan meskipun harus menyingsingkan rasa malu.
Pesantren Al-Muawanah Parakansalak mulai menyadari bahwa dari hari kehari semakin sedikit orang yang menyadari arti pentingnya pendidikan pesantren, sehingga semakin sedikit orang yang peduli terhadap "pembangunan" pesantren.
Oleh sebab itu dengan memohon pertolongan Allah SWT, pesantren kami telah merintis sebuah usaha untuk penyelenggaraan pendidikan pesantren. (Abu Syakir, 2012)

1 komentar: